Rabu, 23 September 2015

Bagaimana yang dimaksud dengan mampu berqurban

BAGAIMANA YANG DIMAKSUD DENGAN MAMPU BERQURBAN
sembelihan seperti unta, sapi dan kambing yang dipotong pada hari raya nahar (qurban) dan tasyriksebagai bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah.
Dalil-dalil Qurban:
Allah telah mensyariatkan qurban sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ * فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ * إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Sesungguhnya, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. Sungguh, orang-orang yang membencimu adalah orang-orang yang terputus.(QS. Al-Kautsar : 1-3)
Hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a.:”Rasulullah berqurban dengan dua ekor domba gemuk bertanduk, beliau menyembelihnya dengan tangan beliau dengan membaca bismillah dan takbir, beliau menginjakkan kakinya di paha domba”.
Para sahabat pernah bertanya Rasulullah SAW : “Ya Rasulullah apakah yang dimaksudkan dengan Udhiyyah?”. Rasulullah Saw menjawab: “ Itulah sunnah bapamu Ibrahim.” . Para sahabat bertanya lagi : “Apakah yang kita akan perolehi daripada ibadah Udhiyyah?”. Baginda menjawab : “Tiap helai bulu (dari binatang yang dikorbankan) kamu akan mendapat satu kebaikan.” (Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)
Hukum Qurban:
dari Ummu Salamah bahwa Nabi SAW telah bersabda,
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ
"Jika kalian melihat hilal bulan Dzulhijjah, hendaknya salah seorang diantara kalian berqurban, dan melakukan manasik dengan memotong rambut dan kukunya. (HR. Muslim) 
Sebagian ulama berpendapat bahwa Qurban itu hukumnya wajib dan yang lain menganggapnya sebagai sunnah.
Sabda Rasulullah SAW;
Daripada Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW telah bersabda : “Barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi tidak melakukan korban, maka janganlah dia menghampiri tempat solat kami.” (Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)
Mereka yang berpandangan bahwa amalan Qurban adalah suatu amalan sunnah adalah berpatokan hadits Nabi SAW;
Aku diperintah untuk melakukan korban dan korban itu adalah sunnah bagi kamu.” (Hadis riwayat at-Tirmizi)
Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW menyatakan;
“ Diwajibkan ke atasku supaya berkorban dan tidak diwajibkan ke atas kamu.” (Hadis riwayat Dar al-Qutniy)
Berdasarkan hadis di atas, ibadah atau amalan korban adalah wajib ke atas diri Rasulullah SAW, akan tetapi hanya dianggap sunnah ke atas umatnya.
Terdapat satu Athar sahabat (hadis mengenai sahabat Nabi) bahawa Abu bakar dan Umar, pernah tidak melakukan ibadah korban, sehingga apabila ditanya oleh orang ramai mengenai tindakan mereka berdua itu, maka mereka berdua menyatakan bahawa mereka bertindak demikian kerana khuatir sekiranya mereka berkorban, orang ramai akan menganggapnya sebagai satu amalan wajib, sedangkan asalnya tidak diwajibkan ke atas mereka. (Hadis riwayat Al-Baihaqiy dan lain-laiannya dengan sanad yang baik)
Menurut Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi ibadah qurban ialah sunnah muakkad (sunnah yang amat dituntut) menurut kebanyakan mazhab fiqh. Dalam Mazhab Imam Abu Hanifah, amalan tersebut dianggap sebagai ibadah wajib. Wajib di sini ialah sesuatu yang lebih ringan daripada ‘fardhu’ dan lebih berta daripada sunnah. (Imam Abu Hanifah membezakan antara Fardhu dengan wajib, tidak sebagaimana imam-imam yang lain).
Hukum wajib di sini bermakna siapa yang meninggalkannya dianggap berdosa sekiranya mereka terdiri daripada golongan yang berkemampuan dan berkedudukan. Rasulullah pernah ditanya mengenai amalan qurban tersebut, lantas baginda menjawab;
“Itulah sunnah daripada bapa kamu, Ibrahim…” (Hadis riwayat At-Tirmizi dan Al-Hakim)
Sehubungan dengan itu, ibadah Qurban adlaah Sunnah Muakkadah atau wajib. Mazhab lain, selain Imam Abu Hanifah menghukumkan ‘makruh’ jika seseorang yang mempunyai kemampuan tetapi tidak melakukan ibadah korban.
Menurut Mazhab Imam As-Syafi’ie, hukumnya adalah ‘Sunnah muakkadah’ yaitu sebagai ibadah tambahan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW ketika baginda masih hidup. Baginda dilaporkan pernah berkorban dengan dua ekor biri-biri yang besar bagi dirinya, keluarganya dan seluruh umatnya yang tidak sempat atau tidak mampu untuk berkorban.
Adakah Nisab Qurban?
Para ulama berbeda pendapat mengenai ukuran seseorang disunnahkan melakukan qurban. Imam Hanafi mengatakan barang siapa mempunyai kelebihan 200 dirham atau memiliki harta senilai itu, dari kebutuhan tinggal, pakaian dan kebutuhan dasarnya.
Imam Ahmad berkata: ukuran mampu quran adalah apabila dia bisa membelinya dengan uangnya walaupun uang tersebut didapatkannya dari hutang yang ia mampu membayarnya.
Imam Malik mengatakan bahwa ukuran seseorang mampu qurban adalah apabila ia mempunyai kelebihan seharga hewan qurban dan tidak memerlukan uang tersebut untuk kebutuhannya yang mendasar selama setahun. Apabila tahun itu ia membutuhkan uang tersebut maka ia tidak disunnahkan berqurban.
Imam Syafii mengatakan: ukuran mampu adalah apabila seseorang mempunyai kelebihan uang dari kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, senilai hewan qurban pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyriq.
Keutamaan qurban
Sebuah riwayat dari Aisyah r.a., Nabi SAW telah bersabda,
مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
"Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada hari raya qurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah qurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima di sisi Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berqurban. (HR. Tirmidzi)
Hadist Ibnu Abbas Rasulullah bersabda : ”Tiada sedekah uang yang lebuh mulia dari yang dibelanjakan untuk qurban di hari raya Adha” (H.R. Dar Qutni).
Hewan Yang Disembelih:
Adapun hewan yang boleh diqurbankan adalah unta, sapi, dan kambing (domba). Selain tiga jenis hewan itu, tidak dibenarkan. Sebagaimana firman Allah SWT,
لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
…agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak… (QS. Al-Hajj : 34)
Hewan qurban berupa domba yang dianggap layak adalah yang berumur setengah tahun, kambing berumur satu tahun, sapi berumur dua tahun, dan unta berumur lima tahun. Semua hewan itu tidak dibedakan apakah jantan atau betina, berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
1. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
نِعْمَتِ الأُضْحِيَةُ الْجَذَعُ مِنَ الضَّأْنِ
Hewan qurban yang paling baik adalah jadza kambing.
Menurut Imam Hanafi, jadza adalah kambing/domba yang telah berumur beberapa bulan, sedangkan menurut Imam Syafi’i jadza adalah kambing yang berumur satu tahun. Inilah yang paling shahih.
2. Riwayat dari Uqbah bin Amir, ia berkata,
 قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ أَصَابَنِى جَذَعٌ. فَقَالَ ضَحِّ بِهِ
Aku bertanya: “Ya Rasulullah, aku memiliki jadza’.” Kemudian Rasulullah menjawab, “Berqurbanlah dengannya.” (HR. Muslim)
3. Riwayat Muslim dari Jabir bahwa Rasulullah bersabda,
لاَ تَذْبَحُوا إِلاَّ مُسِنَّةً إِلاَّ أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنَ الضَّأْنِ
Janganlah kalian berqurban kecuali yang telah berumur satu tahun ke atas. Jika hal itu menyulitkanmu, maka sembelihlah yang jadza’ kambing.
Adapun hewan qurban berumur tua adalah unta yang telah berusia lima tahun, sapi yang berumur dua tahun, kambing yang berumur satu tahun, dan domba yang berumur satu tahun atau enam bulan. Hewan qurban yang tua disebut juga tsaniyyah.
Hewan Kambing Qurban yang Dikebiri
Diperbolehkan berqurban dengan kambing yang dikebiri. Sebagaimana riwayat Ahmad dari Abu Rafi’, Rasulullah telah berqurban dengan dua ekor kambing qibasy yang berwarna putih bercampur hitam dan telah dikebiri karena daging kambing itu lebih enak dan lezat.
Hewan yang Tidak Boleh Diqurbankan
Syarat hewan qurban adalah tidak cacat. Tidak dibolehkan berqurban dengan hewan cacat misalnya:
1. penyakit yang jelas terlihat
2. picak matanya
3. pincang sekali
4. sumsum tulangnya tidak kelihatan karena sangat kurus. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW,
أربعة لا تجزئ في الاضاحي: العوراء البين عورها والمريضة البين مرضها والعرجاء البين ظلعها والعجفاء التي لا تنقي
Empat jenis penyakit pada hewan qurban yang tidak layak yaitu hewan yang picak dengan jelas, yang sakit dan penyakitnya terlihat jelas, yang pincang sekali, dan yang kurus sekali. (HR. Tirmidzi)
5. terdapat cacat; yaitu telinga atau tanduknya sebagian besar hilang.
Cacat tambahan selain lima hal di atas adalah hatma(rontok seluruh gigi depan), ashma (kulit tanduk mengelupas), umya (buta), taula (tidak digembalakan/liar), dan jarba (banyak kudis).
Hal-hal yang masih ditolerir adalah tak bersuara, ekornya putus, bunting, dan tidak memiliki sebagian telinga atau sebagian bokongnya. Menurut pendapat kalangan mazhab Syafi’i yang tershahih bahwa bokongnya terputus dan kantong susunya tidak ada, maka tidak memenuhi syarat, karena hilang sebagian organ tubuh yang dapat dikonsumsi. Begitu pula halnya dengan ekor yang terputus. Imam Syafi’i mengatakan, “Kami tidak menemukan hadits yang meyebutkan gigi sama sekali.”
Waktu penyembelihan Qurban
Disyaratkan bahwa hewan qurban tidak disembelih kecuali setelah terbit matahari pada hari Idul Adha hingga saat-saat pelaksanaan shalat Id. Setelah itu dibolehkan menyembelihnya kapan pun di hari yang tiga (hari tasyriq) baik malam maupun siang. Setelah tiga hari itu, maka tidak dibenarkan penyembelihan hewan qurban. Sebagaimana riwayat Al-Barra ra. dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ فِى يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّىَ ، ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا ، وَمَنْ نَحَرَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لأَهْلِهِ ، لَيْسَ مِنَ النُّسْكِ فِى شَىْءٍ
Sesungguhnya hal pertama yang kita lakukan pada hari ini (hari raya idul adha) adalah shalat, kemudian kembali dan memotong qurban. Barangsiapa yang melakukan itu, berarti ia mendapatkan sunnah kami. Dan barangsiapa yang menyembelih sebelum itu, maka daging sembelihannya untuk keluarganya dan tidak dinilai sebagai ibadah qirban sama sekali. (HR. Bukhari)
Abu Burdah berkata, "Pada hari Nahar (Idul Adha), Rasulullah SAW berkhutbah di hadapan kami. Beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَوَجَّهَ قِبْلَتَنَا وَنَسَكَ نُسُكَنَا فَلاَ يَذْبَحْ حَتَّى يُصَلِّىَ
Barangsiapa shalat sesuai dengan shalat kami dan menghadap ke kiblat kami serta beribadah dengan cara ibadah kami, maka ia tidak menyembelih qurban sebelum shalat (Idul Adha). (HR. Muslim)
Juga riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ ، وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ ، وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
Barangsiapa menyembelih qurban sebelum shalat, sesungguhnya ia menyembelih untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih setelah shalat dan dua khubtah, sungguh ibadah Idul Adha-nya sempurna dan melaksanakan sunnah kaum muslimin.
Satu Hewan Qurban untuk Satu Keluarga
Mereka yang berqurban dengan satu kambing atau domba, berarti telah dianggap memadai untuk diri dan keluarganya. Dahulu para sahabat r.a. berqurban dengan seekor domba untuknya dan keluarganya karena merupakan fardhu kifayah.
Ibnu Majah dan Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Ayyub berkata,
كَانَ الرَّجُلُ يُضَحِّى بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ فَيَأْكُلُونَ وَيُطْعِمُونَ حَتَّى تَبَاهَى النَّاسُ فَصَارَتْ كَمَا تَرَى
Pada zaman Rasulullah, orang-orang berqurban dengan seekor domba untuknya dan untuk keluarga seisi rumahnya. Mereka memakan dan memberikan kepada orang lain agar manusia merasa senang, sehingga mereka menjadi sebagaimana yang engkau lihat.
Berserikat (Patungan) dalam Berqurban
Pelaksanaan qurban dibolehkan bergabung apabila hewan qurban itu berupa unta atau sapi. Sap dan unta berlaku untuk tujuh orang yang sama-sama bermaksud melaksanakan qurban dan taqarrub(mendekatkan diri) kepada Allah.
Sebuah riwayat dari Jabir,
نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Kami menyembelih qurban bersama rasulullah di Hudaibiyah, seekor untuk untuk tujuh orang, begitu juga dengan sapi. (HR. Abu Dawud, dan Tirmidzi)
Pembagian Daging Qurban
Orang yang berqurban disunnahkan untuk memakan dagingnya, membagikannya kepada karib kerabat, serta menyedekahkannya kepada orang-orang fakir. Sebagaimana sabda Rasulullah,
كُلُوا وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا
Makanlah olehmu dan bagikanlah, serta simpanlah (HR. Bukhari)
Para ulama mengatakan bahwa yang paling afdhal adalah memakan sepertiga, bersedekah sepertiga, dan menyimpan sepertiga. Daging qurban itu boleh dibawa ke negara lain, tetapi tidak boleh dijual walaupun kulitnya. Tidak dibolehkan memberi daging kepada tukang potong sebagai upah karena mereka berhak menerima upah lain sebagai imbalan kerja. Orang yang berqurban boleh bersedekah dengan daging tersebut dan juga boleh mengambil dagingnya untuk dimanfaatkannya untuk dimanfaatkannya. Menurut Abu Hanifah, mereka boleh menjual kulitnya dan menyedekahkan hasilnya atau membelikan barang yang bermanfaat untuk keluarga di rumahnya.
Orang yang Berqurban Menyembelih Sendiri
Jika orang yang berqurban memiliki kepandaian dalam menyembelih hewan, maka disunnahkan untuk melakukan sendiri untuknya. Ia disunnahkan untuk membaca,
بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنْ فُلاَنٍ
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, hewan qurban ini dari si fulan (nama orang yang berqurban)
Hal itu dikarenakan Rasulullah menyembelih seekor kambing qibasy dan membaca,
بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّى وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِى
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah, hewan qurban ini dariku dan dari umatku yang belum berqurban (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Apabila orang yang berqurban tidak memiliki kepandaian dalam menyembelih hewan, maka hendaknya ia menghadiri dan menyaksikan pada saat penyembelihannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
يَا فَاطِمَةُ قَوْمِى فَاشْهَدِى أُضْحِيَتَكِ فَإِنَّهُ يُغْفَرُ لَكِ بِأَوَّلِ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا كُلُّ ذَنْبٍ عَمِلْتِيهِ وَقُولِى إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا لَكَ وَلأَهْلِ بَيْتِكَ خَاصَّةً فَأَهْلُ ذَلِكَ أَنْتُمْ أَمْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً قَالَ : بَلْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً
Wahai Fatimah, bangun dan saksikanlah qurbanmu karena setiap tetes darah hewan qurban akan memohonkan ampunan dari setiap dosa yang telah kau lakukan. Dan bacalah, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Dan untuk itu aku diperintahkan. Dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri kepada Allah." Seorang sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini untukmu dan keluargamu, atau untuk kaum muslimin secara umum?" Rasulullah menjawab, "Tidak. Bahkan untuk kaum muslimin secara umum."
Wallahu’alam bissowab
SUMBER dan lainnya



Bulan Haji juga pas untuk baca Miss Backpacker Naik Haji by Dian Nafi:)

Teladan Ibrahim dan ismail

Teladan ِIbrahim Dan Ismail

Setiap kita adalah 'IBRAHIM' dan setiap Ibrahim punya 'ISMAIL'.....Ismailmu mungkin 'HARTAMU', Ismailmu mungkin 'JABATANMU', Ismailmu mungkin 'GELARMU', Ismailmu mungkin 'EGOMU', Ismailmu adalah sesuatu yang kau 'SAYANGI' dan kau 'PERTAHANKAN' di dunia ini, Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa 'KEPEMILIKAN' terhadap Ismail. karena hakekatnya semua adalah milik Allah. Semoga Allah SWT anugrahkan KESHOLEHAN Nabi Ibrahim dan KEIKHLASAN Nabi Ismail kepada kita semua, agar kita bisa mengaplikasikan dalam kehidupan kita, Jangan rendahkan dan hinakan orang lain dengan harta, jabatan dan gelarmu karena di hadapan Allah hanya ketaqwaan kita yang diterimaNya.

Selamat hari raya 'iidul adha.

Sumber :aow

Rabu, 22 Juli 2015

Adab dan Doa Selama Wuquf di Padang Arafah

Adab dan Doa Selama Wuquf di Padang Arafah

Pertama: Membaca doa-doa yang ma’tsur yaitu doa-doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), antara lain:
اَللَّهُمَّ اِنِّي عَبْدُكَ فَلاَ تَجْعَلْنِي مِنْ اَخْيَبِ وَفْدِكَ، وَارْحَمْ مَسِيْرِي اِلَيْكَ مِنَ الْفَجِّ الْعَمِيْقِ. اَللَّهُمَّ رَبَّ الْمَشَاعِرِ كُلِّهَا فُكَّ رَقَبَتِي مِنَ النَّارِ، وَاَوْسِعْ عَلَيَّ مِنْ رِزْقِكَ الْحَلاَلِ، وَادْرَأْ عَنِّي شَرَّ فَسَقَةِ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ. اَللَّهُمَّ لاَ تَمْكُرْبِي وَلاَتَخْدَعْنِي وَلاَ تَسْتَدْرِجْنِي. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ بِحَوْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَمِنْكَ وَفَضْلِكَ يَا اَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ يَا اَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ يَا اَسْرَعَ الْحَاسِبِيْنَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَاَنْ تَرْزُقَنِي خَيْرَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Allâhumma inni ‘abduka falâ taj‘alnî min akhyabi wafdika, warham masîrî ilayka minal fajjil ‘amîq. Allâhumma Rabbal masyâ‘iri kullihâ fukka raqabatî minan nari, wa awsi‘ ‘alayya min rizqikalhalâli, wadra’ ‘annî syarra fasaqatil jinni wal insi. Allâhumma lâ tamkurbî walâ takhda‘nî walâ tastadrijnî. Allâhumma innî as-aluka bihawlika wa jûdika wa karamika wa mannika wa fadhlika yâ asma‘as sâmi‘ina yâ absharan nâzhirîna yâ asra‘al hâsibîna yâ arhamar râhimîna, an tushalliya ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, wa an tarzuqanî khayrad dun-ya wal âkhirah.
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu,
jangan jadikan aku tamu-Mu yang paling sia-sia,
sayangi perjalananku menuju-Mu dari tempat yang jauh.
Ya Allah, Tuhannya seluruh Masy‘ar (tempat ibadah haji),
selamatkan daku dari api neraka,
luaskan bagiku rizki-Mu yang halal,
lindungi aku dari keburukan jin dan manusia yang fasik.
Ya Allah, jangan makari daku, jangan tipudaya aku, jangan murkai aku.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan kekuatan-Mu, kedermawanan dan kemuliaan-Mu, karunia dan anugerah-Mu
wahai Yang Maha Mendengar dari semua yang mendengar,
wahai Yang Maha Melihat dari semua yang melihat,
wahai Yang Paling cepat hisab-Nya,
wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi,
sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluargaMuhammad,
anugerahkan padaku kebaikan di dunia dan akhirat.
Kedua: Kemudian angkatlah tangan untuk memohon hajat kepada Allah swt dengan bahasa kita. Lalu dilanjutkan dengan membaca doa berikut ini:
اَللَّهُمَّ حَاجَتِي اِلَيْكَ الَّتِي اِنْ اَعْطَيْتَنِيْهَا لَمْ يَضُرَّنِي مَامَنَعْتَ، وَاِنْ مَنَعْتَنِيْهَا لَمْ يَنْفَعْنِي مَااَعْطَيْتَ، اَسْأَلُكَ خَلاَصَ رَقَبَتِي مِنَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ اِنِّي عَبْدُكَ وَمِلْكُ يَدِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، وَاَجَلِي بِعِلْمِكَ؛ أَسْأَلُكَ اَنْ تُوَفِّقَنِي لِمَا يُرْضِيْكَ عَنِّي، وَاَنْ تُسَلِّمَ مِنِّي مَنَاسِكِي الَّتِي اَرَيْتَهَا خَلِيْلَكَ إِبْرَاهِيْمَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِ، وَدَلَلْتَ عَلَيْهَا نَبِيَّكَ مُحَمَّدًا صَـلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ رَضِيْتَ عَمَلَهُ، وَاَطَلْتَ عُمْرَهُ، وَاَحْيَيْتَهُ بَعْدَ الْمَوْتِ حَيَاةً طَيِّبَةً
Allâhumma hâjatî ilaykal latî in a‘thaytanîhâ lam yadhurranî mâ mana‘ta, wa in mana‘tanîhâ lam yanfa‘nî mâ a‘thayta, as-aluka khalâsha raqabatî minan nâri. Allâhumma innî ‘abduka wa milku yadika, nashiyatî biyadika, wa ajalî bi‘ilmika, as-aluka an tuwaffiqanî limâ yurdhîka ‘annî, wa an tusallima minnî manâsikil latî araytahâ khalîlaka îbrâhîma shalawâtuka ‘alayhi, wa dalalta ‘alayhâ nabiyyaka Muhammadan shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Allâhummaj‘alnî mimman radhîta ‘amalahu, wa athalta ‘umrahu, wa ahyaytahu ba‘dal mawti hayâtan thayyibah.
Ya Allah, hajatku kepada-Mu adalah hajat yang bila Engkau berikan kepadaku tidak membahayakanku apa yang Kau tahan, dan bila Engkau menahannya dariku tidak bermanfaat bagiku apa yang Kau berikan.
Aku memohon kepada-Mu keselamatan diriku dari api neraka.
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu dan milik-Mu,
ubun-ubunku ada di tangan-Mu, dan ajalku dalam pengetahuan-Mu.
Aku memohon kepada-Mu,
bimbinglah aku pada apa yang Kau ridhai,
tuntunlah aku pada manasik yang
Kau perlihatkan kepada kekasih-Mu Ibrahim (as)
dan Kau tunjukkan pada Nabi-Mu Muhammad (saw)
Ya Allah, jadikan aku orang yang amalnya Engkau ridhai, yang umurnya Engkau panjangkan, dan Engkau hidupkan setelah kematian dengan kehidupan yang baik.
Ketiga: Kemudian membaca doa berikut ini:
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي تَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّانَقُوْلُ وَفَوْقَ مَايَقُوْلُ الْقَائِلُوْنَ. اَللَّهُمَّ لَكَ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي، وَلَكَ تُرَاثِي وَبِكَ حَوْلِي وَقُوَّتِي. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَمِنْ وَسَاوِسِ الصُّدُوْرِ وَمِنْ شَتَاتِ اْلأَمْرِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ خَيْرَ الرِّيَاحِ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَاتَجِيءُ بِهِ الرِّيَاحُ، فَاَسْأَلُكَ خَيْرَ اللَّيْلِ وَخَيْرَ النَّهَارِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلِْبي نُوْرًا، وَفِي سَمْعِي نُوْرًا، وَفِي بَصَرِي نُوْرًا، وَفِي لَحْمِي وَدَمِي وَعِظَامِي وَعُرُوْقِي وَمَقْعَدِي وَمَقَامِي وَمَدْخَلِي وَمَخْرَجِي نُوْرًا، وَاَعْظِمْ لِي نُوْرًا يَارَبِّ يَوْمَ اَلْقَاكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Lâ ilâha illallahu wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyî wa yumîtu, wa Huwa hayyun lâ yamûtu, biyadihil khayru, wa Huwa ‘alâ kulli syay-in qadîr. Allâhumma lakal hamdu kalladzî taqûlu wa khayran mimmâ naqûlu wa fawqa mâ yaqûlul qâilûna. Allâhumma laka shalâtî wa nusukî wa mahyâya wa mamâtî, wa laka turatsî wa bika hawlî wa minka quwwatî. Allâhumma innî a‘udzu bika minal faqri wa min wasâwisish shudûri wa min syatâtil amri wa min ‘adzâbil qabri. Allâhumma innî as-aluka khayrar riyahi, wa a‘udzu bika min syarri mâ tajîu bihir riyâhu, fa as-aluka khayral layli wa khayran nahâri. Allâhummaj‘al fi qalbi nûran, wa fî sam‘î nûran, wa fî basharî nûran, wa fî lahmî wa dâmî wa ‘izhâmî wa ‘ûrûqî wa maq‘adî wa maqâmî wa madkhalî wa makhrajî nuran, wa a‘zhim lî nûran ya Rabbi yawma alqâka innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya semua kekuasaan dan bagi-Nya segala puji.
Dia Yang Menghidupkan dan Dia Yang Mematikan.
Dialah Yang Hidup dan tidak mati.
Di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, bagi-Mu segala puji seperti yang Kau firmankan, kebaikan yang kami ucapkan, dan di atas apa yang orang-orang ucapkan.
Ya Allah, bagi-Mu shalatku dan ibadahku, hidupku dan matiku; bagi-Mu peninggalanku, dengan-Mu dayaku dan dari-Mu kekuatanku.
Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kefakiran, keraguan hati, bencana dari segala persoalan, dan dari siksa kubur.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan angin, aku berlindung dengan-Mu dari keburukan apa yang datang bersama angin, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam dan kebaikan siang.
Ya Allah, jadikan dalam hatiku cahaya, dalam pendengaranku cahaya, dalam pandanganku cahaya, pada dagingku dan darahku cahaya, tulangku dan urat-uratku cahaya, tempat dudukku dan berdiriku cahaya, tempat masukku dan keluarku cahaya.
Ya Rabbi,Besarkan semua cahaya itu bagiku ya Rabbi pada hari aku menjumpai-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Keempat: Perbanyaklah bersedekah pada hari ini, dan menghadaplah ke kiblat lalu bacalah zikir berikut (100 kali):
سُبْحَانَ اللهِ وَاللهُ اَكْبَرُ مَاشَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَ يُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Subhânallâhi wallâhu akbar wa mâ syâallâhu lâ quwwata illâ billâhi. Asyhadu allâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyî wa yumîtu, wa Huwa Hayyun lâ yamûtu, biyadihil khayru, wa Huwa ‘alâ kulli syay-in qadîr.
Mahasuci Allah, Allah Maha Besar, apa yang dikehendaki Allah, tiada kekuatan kecuali dengan Allah. Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-nya segala puji, Dia Yang Menghidupkan dan Mematikan, Dialah Yang Hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kelima: Kemudian membaca:
• Sepuluh ayat dari awal Surat Al-Baqarah
• Surat Al-Ikhlash (3 kali)
• Ayat Kursi
Kemudian membaca ayat berikut:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِى خَلَقَ السَّماَوَاتِ وَ الأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيْثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَ النُّجُوْمَ مُسَخَّراَتِ بِاَمْرِهِ اَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعاَلَمِيْن.َ‏
Innâ rabbakumullâhul ladzî khalaqassamâwâtî wal ardha fî sittati ayyâm, tsummastawâ ‘alal ‘arsyi yughsyil laylan nahâra yathlubuhu hatsîtsâ, wasy-syamsa wal-qamara wan-nujûma musakhkharâti biamrih, alâ lahul khalqu wal-amru tabârallâhu Rabbul ‘âlamîn.
Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengiktinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanya hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan alam semesta. (Al-A’raf: 54).
Keenam: Kemudian membaca Surat Al-Falaq dan An-Nas
Ketujuh: Memperbanyak memuji Allah atas nikmat yang telah diberikan, dan sebutlah nikmat-nikmat itu satu persatu sesuai yang Anda mampu. Dan juga pujilah Allah atas ujian yang telah diberikan.
Kedelapan: Kemudian membaca doa berikut:
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى نَعْمَآئِكَ الَّتِي لاَتُحْصَى بِعَدَدٍ وَلاَتُكَافَأُ بِعَمَلٍ
Allâhumma lakal hamdu ‘alâ na‘mâikal latî lâ tuhshâ bi‘adadin walâ tukâfau bi‘amalin.
Ya Allah, bagi-Mu segala puji atas segala nikmat-Mu yang tak dapat dihitung dengan angka, dan tak berbading dengan semua amalku.
Kesembilan: Membaca tahmid, tasbih, takbir, tahlil, shalawat, dan mohonlah kepada Allah swt dengan bahasa yang Anda.
Kesepuluh: Kemudian bacalah doa berikut:
اَسْاَلُكَ يَااَللهُ يَارَحْمَنُ بِكُلِّ اِسْمٍ هُوَ لَكَ؛ وَأَسْأَلُكَ بِقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِزَّتِكَ وَبِجَمِيْعِ مَااَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَبِجَمْعِكَ وَبِأَرْكَانِكَ كُلِّهَا، وَبِحَقِّ رَسُوْلِكَ صَلَوَاتِكَ عَلَيْهِ وَآلِهِ، وَبِاسْمِكَ اْلأَكْبَرِ اْلأَكْبَرِ، وَبِاسْمِكَ الْعَظِيْمِ الَّذِي مَنْ دَعَاكَ بِهِ كَانَ حَقًّا عَلَيْكَ اَنْ تُجِيْبَهُ، وَبِاسْمِكَ اْلأَعْظَمِ اْلأَعْظَمِ اْلأَعْظَمِ الَّذِي مَنْ دَعَاكَ بِهِ كَانَ عَلَيْكَ اَنْ لاَ تَرُدَّهُ وَاَنْ تُعْطِيْهِ مَاسَأَلَكَ، اَنْ تَغْفِرَلِي جَمِيْعَ ذُنُوبِي فِي جَمِيْعِ عِلْمِكَ فِيَّ
As-aluka yâ Allahu yâ Rahmânu bikulli ismin huwa laka, wa as-aluka biquwwatika wa qudratika wa ‘izzatika wa bijamî‘i mâ ahâtha bihi ‘ilmuka wa jam‘ika wa arkânika kullihâ, wa bihaqqi Rasûlika shalawâtuka ‘alayhi wa âlihi, wa bismikal akbaril akbar, wa bismikal ‘azhîm alladzi man da‘âka bihi kâna haqqan ‘alayka an tujîbahu, wa bismikal a‘zhamil a‘zhamil a‘zham alladzî man da‘âka bihi haqqan ‘alayka allâ taruddahu wa an tu‘thiyahu ma sa-alaka, an taghfiralî jamî‘a dzunûbî fî jamî‘i ‘ilmika fiyy(a).
Aku memohon kepada-Mu ya Allah, wahai Yang Maha Pengasih dengan segala nama-Mu
Aku memohon kepada-Mu dengan kekuatan-Mu dan kekuasaan-Mu, dengan kemuliaan-Mu dan seluruh yang diliputi oleh ilmu-Mu, dengan penghimpunan-Mu dan seluruh tonggak-Mu, dengan hak Rasul-Mu SAW, dengan nama-Mu yang paling agung, dengan nama-Mu yang agung yang bila berdoa dengannya Engkau berhak mengijabahnya, dengan nama-Mu yang paling agung yang bila orang memohon dengannya Engkau berhak tidak menolaknya, dan memberikan padanya apa yang dimohonnya, ampuni semua dosaku yang Engkau ketahui tentangku.
Kesebelas: Kemudian membaca doa berikut (70 kali):
اَسْـأَلُكَ الْجَنَّةَ
As-alukal jannah
Aku memohon kepada-Mu surga
Kedua belas: Membaca doa berikut (70 kali):
اَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبِّي وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ
Astaghfirullâha Rabbî wa atûbu ilayh
Aku memohon ampun kepada Allah Tuhanku dan aku bertaubat kepada-Nya
Ketiga belas: Membaca doa yang diajarkan oleh Malaikat Jibril kepada
Nabi Adam (as) yaitu:
سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، عَمِلْتُ سُوْءًا وَظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْلِي اِنَّكَ اَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ
سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ، عَمِلْتُ سُوْءًا وَظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْلِي اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Subhânaka Allâhumma wa bihamdika lâilâha illâ Anta, ‘amiltu sûan, wa zhalamtu nafsî, wa‘tarafa bidzambî, faghfirlî innaka Anta Khayrul ghâfirîn.
Subhânaka Allâhumma wa bihamdika lâilâha illâ Anta, ‘amiltu sûan, wa zhalamtu nafsî, wa‘tarafa bidzambî, faghfirlî innaka Antat tawwâbur rahîm.
Mahasuci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu, tiada Tuhan kecuali Engkau, telah kulakukan keburukan, telah kuzalimi diriku, kini kuakui dosaku, ampuni daku
Sesungguhnya Engkau Pengampun Yang Terbaik dari semua pengampun.
Mahasuci Engkau ya Allah dengan segala puji-Mu, tiada Tuhan kecuali Engkau, telah kulakukan keburukan,telah kuzalimi diriku, kini kuakui dosaku, ampuni daku
Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.
Keempat belas: Membaca doa berikut ketika matahari tenggelam:
اَللَّهُمَّ اِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ، وَمِنْ تَشَتُّتِ اْلأَمْرِ وَمِنْ شَرِّ مَايَحْدُثُ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، اَمْسَى ظُلْمِي مُسْتَجِيْرًا بِعَفْوِكَ، وَاَمْسَى خَوْفِي مُسْتَجِيْرًا بِأَمَانِكَ، وَاَمْسَى ذُلِّي مُسْتَجِيْرًا بِعِزَّتِكَ، وَاَمْسَى وَجْهِي الْفَانِي بِوَجْهِكَ الْبَاقِي يَاخَيْرَ مَنْ سُئِلَ وَيَا اَجْوَدَ مَنْ اَعْطَى يَا اَرْحَمَ مَنِ اسْتُرْحِمَ، جَلِّلْنِي بِرَحْمَتِكَ، وَاَلْبِسْنِي عَافِيَتَكَ، وَاصْرِفْ عَنِّي شَرَّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ
Allâhumma innî a‘ûzdu bika minal faqri wa min tasyattutil amri wa min syarri mâ yahdatsu bil layli wan nahâri, amsâ zhulmî mustajîran bi‘afwika, wa amsâ khawfî mustajîran biamânika, wa amsâ dzullîmustajîran bi‘izzatika, wa amsâ wajhiyal fânî mustajîran biwajhikal bâqî ya Khayra man suila, ya Ajwada man a‘thâ, ya ârhama manisturhima, jallilnî birahmatika, wa albisnî ‘âfiyataka, washrif ‘anni syarra jamî‘i khalqika.
Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kefakiran dan kehancuran urusan, dari keburukan apa yang terjadi pada malam dan siang.
Kezalimanku berlindung dengan maaf-Mu, ketakutanku berlindung dengan keamanan-Mu, kehinaanku berlindung dengan kemuliaan-Mu, wajahku yang fana’ berlindung dengan wajah-Mu yang kekal.
Wahai Yang Paling Baik dari semua yang dimintai, wahai Yang Paling Dermawan dari semua yang memberi, wahai Yang Paling Pengasih dari segala yang mengasihi.
Kelima belas: Kemudian mohonlah kepada Allah swt dengan bahasa Anda untuk diri Anda, kedua orang tua Anda, dan orang-orang mukmin dengan menyebutkan namanya satu-persatu (paling sedikit 40 orang mukmin). Kemudian membaca doa berikut:
اَللَّهُمَّ لاَتَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ هَذَا الْمَوْقِفِ، وَارْزُقْنِيْهِ مِنْ قَابِلٍ اَبَدًا مَااَبْقَيْتَـنِي، وَاَقْبِلْنِي الْيَوْمَ مُفْلِحًا مُنْجِحًا مُسْتَجَابًا لِي، مَرْحُوْمًا مَغْفُوْرًا لِي، بِأَفْضَلِ مَايَنْقَلِبُ بِهِ الْيَوْمَ اَحَدٌ مِنْ وَفْدِكَ وَحُجَّاجِ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَاجْعَلْنِي الْيَوْمَ مِنْ اَكْرَمِ وَفْدِكَ عَلَيْكَ، وَاَعْطِنِي اَفْضَلَ مَا اَعْطَيْتَ اَحَدًا مِنْهُمْ مِنَ الْخَيْرِ وَالْبَرَكَةِ وَالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوَانِ وَالْمَغْفِرَةِ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا اَرْجِعُ اِلَيْهِ مِنْ اَهْلٍ اَوْمَالٍ اَوْ قَلِيْلٍ اَوْ كَثِيْرٍ، وَبَارِكْ لَهُمْ فِيَّ
Allâhumma lâ taj‘alhu âkhiral ‘ahdi min hâdzal mawqifi, warzuqnîhi min qâbilin abadan mâ abqaytanî, waqlibnîl yawma muflihan mnjihan mustajâban lî, marhûman maghfûran lî, biafdhali mâ yanqalibu bihil yawma ahadun min wafdika wa hijjâji baytikal harâmi, waj‘alnil yawma min akrami wafdika ‘alayka, wa a‘thinî afdhala mâ a‘thayta ahadan minhum, minal khayri wal barakati war rahmati war ridhwâni wal maghfirah, wa bâriklî fîmâ arji‘u ilayhi min ahlin aw mâlin aw qalîlin aw katsîrin, wa barik lahum fiyya.
Ya Allah, jangan jadikan wuquf ini bagiku sebagai wuquf yang terakhir. Karuniakan padaku kesempatan yang lain untuk wuquf di Arafah ini, pada waktu-waktu yang akan datang selama Kau hidupkan aku.
Jadikan aku pada hari ini orang yang beruntung, selamat dan diijabah doanya, yang disayangi dan diampuni, dengan karunia-Mu yang paling utama yang pada hari ini Engkau anugrahkan kepada tamu-Mu dan tamu rumah-Mu yang mulia.
Jadikan aku pada hari ini di antara tamu-Mu yang paling mulia di sisi-Mu.
Anugerahkan padaku karunia yang paling utama yang Engkau karuniakan kepada salah seorang dari mereka, dari kebaikan dan keberkahan, rahmat dan ridha serta ampunan-Mu.
Izinkan aku untuk mengalirkan keberkahan itu kepada keluargaku, hartaku sedikit atau banyak. Izinkan juga mereka mengalirkan keberkahan padaku.
Keenam belas: Jangan lupa mengulang-ulang membaca doa ini:
اَللَّهُمَّ اَعْـتِقْنِي مِنَ النَّارِ
Allâhumma a‘tiqnî minan nar.
Ya Allah, selamatkan aku dari api neraka.
(Dikutip dari kitab Nubdzah min Asraril Hajj)
Catatan: Di antara Adab dan syarat ijabahnya doa, setiap berdoa hendaknya dimulai dengan Basmalah dan Shalawat. Shalawat yang sempurna adalah:
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad. Atau: Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammad wa âli Sayyidinâ Muhammad.

Doa Hari Arafah

Doa Hari Arafah

Doa ini tidak hanya disunnahkan untuk dibaca oleh jemaah haji, tetapi juga oleh seluruh kaum muslimin pada hari Arafah, hari semua jemaah haji berkumpul di Padang Arafah simbol Padang Mahsyar. Berikut ini doanya:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
اَللّهُمَّ يَا اَجْوَدَ مَنْ اَعْطى، وَيَا خَيْرَ مَنْ سُئِلَ، وَيَا اَرْحَمَ مَنِ اسْتُرْحِمَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ فِى الاَْوَّلِينَ، وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ فِى الاْخِرِينَ. وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّد وَآلِهِ فِى الْمَلاَءِ الاَْعْلَى. وَصَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ فِى الْمُرْسَلينَ. اَللَّهُمَّ اَعْطِ مُحَمَّداً وَآلَهِ الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَالشَّرَفَ وَالرَّفْعَةَ وَالدَّرَجَةَ الْكَبِيرَةَ. اَللَّهُمَّ اِنِّى آمَنْتُ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَلَمْ اَرَهُ فَلاَ تَحْرِمْنِى فِى الْقِيَامَةِ رُؤْيَتَهُ، وَارْزُقْـنِى صُحْبَتَهُ وَتَوَفَّنِى عَلَى مِلَّتِهِ، وَاسْقِنِى مِنْ حَوْضِهِ مَشْرَباً رَوِيّاً سَآئِغاً هَنِيئاً لاَ اَظْمَأُ بَعْدَهُ اَبَداً اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْء قَدِيرٌ. اَللَّهُمَّ اِنّى آمَنْتُ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَلَمْ اَرَهُ فَعَرَِّفْنِى فِى الْجِنَانِ وَجْهَهُ. اَللَّهُمَّ بَلِّغْ مُحَمَّداً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ مِنِّى تَحِيَّةً كَثِيْرَةً وَسَلاَماً
Allâhumma yâ Ajwada man a‘thâ, wa yâ khayra man suila, wa yâ Arhama manisturhima. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi fil awwalîn. Wa shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi fil âkhirîn. Wa shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi fil malail a‘lâ. Wa shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi fil mursalîn.
Allâhumma a‘thi Muhammadan wa alahul wasîlata wal fadhîlata wasy syarafa warrif‘ata waddarajatal kabîrah.
Allâhumma innî âmantu bi-Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi, wa lam arahu falâ tahrimnî fil qiyâmati ru’yatahu, warzuqnî shuhbatahu, wa tawaffanî ‘alâ millatihi, wasqinî min hawdhihi masyraban rawiyyan sâighan hanîan lâ azhmau ba‘dahu Abadan, innaka ‘alâ kulli syay-in qadîr.
Allâhumma âmantu bi-Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Wa lam arahu fa‘arrifnî fil jinâni wajhahu. Allâhumma balligh Muhammadan shallallâhu ‘alayhi wa âlihi minnî tahiyyatan katsîratan wa salâmâ.
Ya Allah, wahai Yang Paling Dermawan dari semua yang memberi, wahai Yang Paling Baik dari semua yang dimintai, wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang terdahulu.
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang belakangan. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang berada dalam kafilah para malaikat. Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang berada dalam kafilah para Rasul. Ya Allah, karuniakan kepada Muhammad dan keluarganya: wasilah, keutamaan, kemuliaan dan derajat yang agung.
Ya Allah, sungguh aku mempercayai Muhammad saw, dan aku belum pernah melihatnya. Maka, jangan halangi aku untuk melihatnya pada hari kiamat. Anugerahkan padaku kedekatan dengannya. Matikan aku dalam agamanya. Berilah daku minuman dari telaganya minuman yang segar yang tak ada lagi dahaga selamanya sesudahnya. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ya Allah, sungguh aku mempercayai Muhammad saw, dan aku belum pernah melihatnya,
maka perkenalkan padaku wajahnya di surga.
Ya Allah, sampaikan salamku yang tak terhingga kepada Muhammad dan keluarganya. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 5)

Doa di Raudhah, Masjid Nabawi

Doa di Raudhah, Masjid Nabawi

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
اَللَّهُمَّ اِنَّ هذِهِ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ جَنَّتِكَ، وَشُعْبَةٌ مِنْ شُعَبِ رَحْمَتِكَ الَّتِيْ ذَكرَهَا رَسُوْلُكَ، وَاَبَانَ عَنْ فَضْلِهَا وَشَرَفِ التَّعَبُّدِ لَكَ فِيْهَا، فَقَدْ بَلَّغْتَنِيْهَا فِي سَلاَمَةِ نَفْسِيْ
Allâhumma inna hâdzihi rawdhatun min riyâdhi jannatika, wa syu`batun min syu`abi rahmatika allatî dzakarahâ rasûluka, wa abâna `an fadhlihâ, wa syarafit ta`abbudi laka fîha, faqad ballaghtanîhâ fi salâmati nafsî.
Ya Allah, sesungguhnya raudhah ini adalah taman dari taman-taman surgaMu dan bagian dari cabang-cabang rahmat-Mu sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Rasul-Mu, tentang keutamaannya dan kemuliaan beribadah kepada-Mu di dalamnya. Engkau telah menyampaikan aku ke tempat yang mulia ini dalam keadaan selamat.
فَلَكَ الْحَمْدُ يَا سَيِّدِيْ عَلَى عَظِيْمِ نِعْمَتِكَ عَلَيَّ فِي ذَالِكَ، وَعَلَى مَا رَزَقْتَنِيْهِ مِنْ طَاعَتِكَ، وَطَلَبِ مَرْضَاتِكَ، وَتَعْظِيْمِ حُرْمَةِ نَبِيِّكَ بِزِيَارَةِ قَبْرِهِ، وَالتَّسْلِيْمِ عَلَيْهِ، وَالتَّرَدُّدِ فِيْ مَشَاهِدِهِ وَمَوَاقِفِهِ
Falakal hamdu yâ Sayyidî `ala `azhîmi ni`matika `alayya fi dzâlika, wa `alâ mâ razaqtanîhi min thâ`atika, wa thalabi mardhâtika, wa ta`zhîmi hurmati nabiyyika biziyarati qabrihi, wat taslîma `alayhi, wat taraddudi fî masyâhidihi wa mawâqifihi.
Duhai Junjunganku, segala puji bagi-Mu atas semua nikmat-Mu yang agung yang Engkau karuniakan kepadaku, ketaatan pada-Mu yang Engkau anugerahkan kepadaku, dan kesempatan yang Engkau berikan kepadaku untuk mencari ridha-Mu; untuk mengagungkan kemuliaan Nabi-Mu dengan berziarah ke kuburnya, menyampaikan salam kepadanya dan mendatangi tempat-tempat kesyahidan dan meninggalan-peninggalan yang bersejarah.
فَلَكَ الْحَمْدُ يَامَوْلاَيَ حَمْدًا يَنْتَظِمُ بِهِ مَحَامِدُ حَمْلَةِ عَرْشِكَ وَسُكَّانِ سَمَاوَاتِكَ لَكَ، وَيَقْصُرُ عَنْهُ حَمْدَ مَنْ مَضَى، وَيَفْضُلُ مَنْ بَقِيَ مِنْ خَلْقِكَ لَكَ
Falakal hamdu yâ Mawlâya hamdan yantazhimu bihi mahâmidu hamlati `arsyika wa sukkâni samâwâtika laka, wa yaqshuru `anhu hamdu man madhâ, wa yafdhulu hamda man baqiya min khalqika laka.
Duhai Jubjnganku, Segala puji bagi-Mu, pujian yang disampaikan oleh para Malaikat pemikul arasy-Mu, pujian para penghuni langit-Mu, pujian yang kesempurnaannya yang tak sanggup disampaikan oleh orang-orang terdahulu, tapi Engkau karuniakan kepada Rasulullah saw dan umatnya.
وَلَكَ الْحَمْدُ يَا مَوْلاَيَ حَمْدَ مَنْ عَرَفَ الْحَمْدَ لَكَ وَالتَّوْفِيْقَ لِلْحَمْدِ مِنْكَ، حَمْدًا يَمْلأُ مَاخَلَقْتَ وَيَبْلغُ حَيْثُ مَا اَرَدْتُ، وَلاَ يَحْجُبُ عَنْكَ وَلاَيَنْقَضِي دُوْنَكَ، وَيَبْلُغُ اَقْصَى رِضَاكَ وَلاَ يَبْلُغُ آخِرَهُ أَوَائِلُ مَحَامِدِ خَلْقِكَ لَكَ. وَلَكَ الْحَمْدُ مَاعَرَفْتُ الْحَمْدَ
Wa lakal hamdu yâ Mawlâya hamda man `arafal hamda wat tawfîqa lilhamdi minka, hamdan yamalu mâ khalaqta wa yablughu haytsu mâ aradtu, wala yahjubu `anhu wala yanqadhî dûnaka, wa yablughu ridhâka, wala yablughu âkhirahu awâilu mahâmidi khalqika laka. Wa lakal hamdu mâ `araftul hamda.
Segala puji bagi-Mu, pujian orang yang mengenal pujian pada-Mu, yang mendapat bimbingan untuk memuji-Mu, pujian yang memenuhi segala ciptaan-Mu, pujian yang menyampaikanku pada cita-citaku, pujian yang tidak menghijabiku dari-Mu, pujian yang tak akan mampu dicapai tanpa-Mu, pujian yang mencapai ridha-Mu, pujian yang puncaknya tak sanggup dicapai oleh makhluk-Mu yang terdahulu. Segala puji bagi-Mu, pujian yang aku kenal pujanya.
يَا بَاقِيَ الْعِزِّ وَالْعَظَمَةِ، وَدَآئِمَ السُّلْطَانِ وَالْقُدْرَةِ، وَشَدِيْدَ الْبَطْشِ وَالْقُوَّةِ، وَنَافِذَ اْلأَمْرِ وَاْلإِرَادَةِ، وَوَاسِعَ الرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ، وَرَبِّ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Yâ Bâqiyal `izzi wal `azhamati, wa Dâimas sulthâni wal qudrati, wa Syadîdal bathsyi wal quwwati, Nafidzal amri wal irâdati, wa wâsi`ar rahmati wal maghfirati, wa Rabbad dun-yâ wal âkhirati.
Wahai Yang Kekal kemuliaan dan keagungan-Nya,Yang Abadi kekuasaan dan kemampuan-Nya, Yang Sangat keras siksa dan kekuatan-Nya, Yang Pasti terlaksana perintah dan kehendak-Nya, Yang Maha Luas rahmat dan ampunan-Nya, wahai Tuhan (Pemelihara) dunia dan akhirat.
كَمْ مِنْ نِعْمَةٍ لَكَ عَلَيَّ يَقْصُرُ عَنْ اَيْسَرِهَا حَمْدِي، وَلاَ يَبْلُغُ اَدْنَاهَا شُكْرِي. وَكَمْ مِنْ صَنَائِعَ مِنْكَ اِلَيَّ لاَ يَحِيْطُ بِكَثِيْرِهَا وَهْمِي، وَلاَ يُقَيِّدُ هَا فِكْرِي
Kam min ni`matin laka `alayya yaqshuru `an aysarihâ hamdî, wala yablughu adnâhâ syukrî. Wa kam min shanâi`a minka ilayya lâ yuhîthu bikatsîrihâ wahmî, walâ yuqayyiduhâ fikrî.
Betapa banyak nikmat yang Engkau karuniakan kepadaku, sehingga aku tak sanggup dan tak mudah menyampaikan pujian pada-Mu, dan tak akan berimbang dengan rendahnya rasa syukurku kepada-Mu. Betapa banyak karunia yang Engkau curahkan kepadaku, sehingga keinginanku tak sanggup menjangkaunya, dan pikiranku tak mampu membatasinya.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُصْطَفَى بَيْنَ الْبَرِيَّةِ طِفْلاً وَخَيْرِهَا شَابًّا وَكَهْلاً، اَطْهَرِ الْمُطَهَّرِيْنَ شِيْمَةً، وَاَجْوَدِ الْمُسْتَمِرِّيْنَ دِيْمَةً، وَاَعْظَمِ الْخَلْقِ جُرْثُومَةً الَّذِي اَوْضَحْتَ بِهِ الدِّلاَلاَتِ، وَاَقَمْتَ بِهِ الرِّسَالاَتِ، وَخَتَمْتَ بِهِ النُّبُوَّاتِ وَفَتَحْتَ بِهِ الْخَيْرَاتِ، وَاَظْهَرْتَهُ مَظْهَرًا، وَابْعَثْتَهُ نَبِيًّا وَهَادِيًا أَمِيْنًا مَهْدِيًّا، وَدَاعِيًا إِلَيْكَ وَدَالاًّ عَلَيْكَ، وَحُجَّةً بَيْنَ يَدَيْكَ
Allâhumma shalli `alâ nabiyyika al-mushthafâ baynal bariyyati thiflan wa khayrihâ syâban wa kahlan athharil muthahharîna syimatan, wa ajwadil mustamirrina dîmatan, wa a`zhamil khalqi jurtsûmatan alladzi awdhahta bihid dilâlati, wa aqamta bihir risâlati, wa khatamta bihin nubuwwâti, wa fatahta bihil khayrati, wa azhhartahu mazhharan, wabta`atstahu nabiyyan wa hadiyan amînan mahdiyan, wa dâ`iyan ilayka wa dâlan `alayka, wa hujjatan bayna yadayka.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Nabi-Mu, manusia pilihan-Mu pada masa kecilnya, masa muda dan masa tuanya; paling suci dari semua yang disucikan, paling dermawan dari semua manusia yang dermawan, paling mulia dari semua makhluk yang Kau ungkapkan asal-usulnya.
Dengannya Engkau tegakkan seluruh risalah-Mu, Engkau akhiri semua nubuwah-Mu, Engkau bukakan semua kebaikan, Engkau perjelas semua yang tampak. Engkau utus dia sebagai Nabi dan pembimbing yang terpecaya, pemandu dan penuntun menuju-Mu dan hujjah di hadapan-Mu.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مَعْصُوْمِيْنَ مِنْ عِتْرَتِهِ، وَالطَّيِّبِيْنَ مِنْ اُسْرَتِهِ، وَشَرِّفْ لَدَيْكَ بِهِ مَنَازِلِهِمْ، وَعَظِّمْ عِنْدَكَ مَرَاتِبِهِمْ، وَاجْعَلْ فِي الرَّفِيْقِ اْلأَعْلَى مَجَالِسِهِمْ، وَارْفَعْ اِلَى قُرْبِ رَسُوْلِكَ دَرَجَاتِهِمْ، وَتَمِّمْ بِلِقَآئِهِ سُرُوْرَهُمْ، وَوَفِّرْ بِمَكَانِهِ اُنْسَهُمْ
Allahumma shalli `alal mu`tashimîna min `itratihi, wath-thayyibîna min usratihi, wa syarrif ladayka bihi manâsilahum, wa `azhzhim `indaka marâtibahum, waj`al fir rafîqil a`lâ majâlisahum, warfa’ ilâ qurbi rasûlika darajâtihim, wa tammim biliqâihi surûrahum, wa waffir bimakanihi unsahum.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada orang-orang yang disucikan dari keturunannya, orang-orang baik dari keluarganya. Dengan Rasul-Mu muliakan kedudukan mereka di sisi-Mu, agungkan derajat mereka di sisi-Mu, jadikan majlis mereka berada di tempat yang tinggi dan mulia, tinggikan derajat mereka di sisi Rasul-Mu, sempurnakan kebahagiaan mereka dalam perjumpaan dengan Rasul-Mu, dan sempurnakan kebahagiaan mereka dengan kedudukannya.
(kitab Nubdzah min Asraril Hajj)

Doa Sebelum Memasuki Masjid Nabawi

Doa Sebelum Memasuki Masjid Nabawi

Ketika akan memasuki Masjid Nabi saw, di depan pintu Masjid Nabawi, hendaknya membaca doa berikut, yaitu doa memohon izin:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللَّهُمَّ اِنِّي وَقَفْتُ عَلَى بَابٍ مِنْ اَبْوَابِ بُيُوتِ نَبِيِّكَ صَلَوَاتُكَ عَلَيْهِ وَآلِهِ، وَقَدْ مَنَعْتَ النَّاسَ اَنْ يَدْخُلُوا إلاَّ بِاِذْنِهِ، فَقُلْتَ: يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تَدْخُلُوا بُيُوتَ النَِّبيِّ إلاَّ اَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Allâhumma innî waqaftu ‘alâ bâbin min abwâbi buyûti Nabiyyika shalawâtuka ‘alayhi wa âlihi. Wa qad mana’tan nâsa an yadkhulû illâ bi idznihi faqulta : “Yâ ayyuhal ladzîna âmanû lâ tadkhulû buyûtan Nabiyyi illâ an yu’dzana lakum”.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
Ya Allah, aku berdiri di pintu rumah Nabi-Mu (saw). Engkau telah melarang siapapun untuk masukinya kecuali dengan izinnya, sebagaimana Engkau nyatakan dalam firman-Mu: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali kamu diizinkan.” (Al-Ahzab: 53).
اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعْتَقِدُ حُرْمَةَ صَاحِبِ هَذَا الْمَشْهَدِ الشَّرِيْفِ فِي غَيْبَتِهِ كَمَا اَعْتَقِدُهَا فِي حَضْرَتِهِ
Allâhumma innî a’taqidu hurmata shâhibi hâdzal masyhadisy syarîfi fî ghaybatihi kamâ a’taqiduhâ fî hadhratihi.
Ya Allah, sungguh aku meyakini kemuliaan penghuni kubur yang mulia ini dalam wafatnya sebagaimana aku meyakini kemuliaannya saat beliau masih hidup.
وَاَعْلَمُ اَنَّ رَسُولَكَ وَخُلَفَاءَكَ عَلَيْهِمُ السَّلامُ اَحْيَاءٌ عِنْدَكَ يُرْزَقُونَ، يَرَوْنَ مَقَامِي، وَيَسْمَعُوَن كَلاَمِي، وَيَرُدُّونَ سَلاَمِي، وَاَنِّكَ حَجَبْتَ عَنْ سَمْعِي كَلاَمَهُمْ، وَفَتَحْتَ بَابَ فَهْمِي بِلَذِيْذِ مُنَاجَاتِهِمْ
wa a’lamu anna Rasûlaka wa Khulafâ-aka ‘alayhimus salâmu ahyâun ‘indaka yurzaqûn, yarawna maqâmî wa yasma’ûna kalâmî, wa yaruddûna salâmî. wa annaka hajabta ‘an sam’î kalâmahum, wa fatahta bâba fahmî biladzîdzi munâjâtihim.
Aku tahu bahwa Rasul-Mu dan para khalifah-Mu (salam kepada mereka) hidup mendapat karunia di sisi-Mu. Mereka melihatku, mendengar ucapanku, dan menjawab salamku, hanya saja Engkau menghijabi pendengaranku dari suara mereka, sementara Engkau buka pintu pemahamanku sehingga aku dapat merasakan kelezatan munajat-munajat mereka.
وَاِنِّي اَسْتََأْذِنُكَ يَا رَبِّ اَوَّلاً وَاَسْتَأذِنُ رَسُولَكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ ثَانِياً، وَاَسْتَأذِنُ خَلِيْفَتَكَ اْلاِمَامَ الْمَفْرُوْضَ عَلَيَّ طَاعَتُهُ اَلْحُجَّةَ ابْنَ اْلحَسَنَ اْلمَهْدِي عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَالْمَلائِكَةَ الْمُوَكَّلِيْنَ بِهَذِهِ الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ ثَالِثاً
Wa annî asta’dzinuka yâ Rabbî awwalan, wa asta’dzinu Rasûlaka shallallâhu ‘alayhi wa âlihi tsâniyan wa asta’dzinu Khalîfakal imâma maftaradha ‘alayya tha’atahu Al-Hujjatabnal Hasan Al-Mahdiyya ‘alayhis salâm, wal Malâikatal muwakkalîna bihâdzihil buq’atil mubârakati tsâlisan.
Pertama, aku mohon izin kepada-Mu ya Rabbi. Kedua, aku mohon izin kepada Rasul-Mu SAW. Ketiga, aku mohon izin kepada khalifah-Mu Imam yang Engkau wajibkan padaku untuk mentaatinya yaitu Al-Hujjah bin Al-Hasan Al-Mahdi (as). Juga mohon izin kepada para malaikat yang Engkau tugaskan di tempat yang penuh berkah ini.
أَاَدْخُلُ يَا رَسُولَ اللهِ، أَاَدْخُلُ يَا حُجَّةَ اللهِ، أَاَدْخُلُ يَا مَلاَئِكَةَ اللهِ الْمُقَرَّبِيْنَ الْمُقِيْمِيْنَ فِي هَذَا الْمَشْهَدِ، فَأذَنْ لِي يَا مَوْلاَيَ فِي الدُّخُولِ اَفْضَلَ مَا اَذِنْتَ لاَِحَدٍ مِنْ اَوْلِيَائِكَ، فَاِنْ لَمْ اَكُنْ اَهْلاً لِذَِالِكَ فَاَنْتَ اَهْل ٌ لِذَالِكَ
A-adkhulu yâ Rasûlallâh. A adkhulu yâ Hujjatallâh. A-adkhulu yâ Malâikatallâhil muqarrabînal muqîmîna bihâdzal masyhad. Fa adzanlî yâ Mawlâya fid dukhûli afdhala mâ adzinta liahadin min awliyâika, fa in lam akun ahlan lidzâlika fa anta ahlun lidzâlik.
Ya Rasulallah, wahai Hujjah Allah, wahai para Malaikat muqarrabin yang berada kediaman kesyahidan Rasululah saw ini. Izikan aku duhai junjunganku untuk memasuki rumahmu yang mulia sebagaimana engkau izinkan para kekasihmu. Jika aku tidak layak memperoleh izin, tapi engkau layak memberi izin.
Kemudian masuklah sambil membaca doa:
بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ وَفي سَبيلِ اللهِ وَعَلى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي وَارْحَمْني وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوّابُ الرَّحيمُ
Bismillâhi wa billâhi wa fî sabîlillâh wa ‘alâ millati Rasûlillâh shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Allâhummaghfirlî warhamnî wa tub ‘ayya innaka Antat tawwâbur Rahîm.
Dengan nama Allah, dengan Allah, di jalan Allah dan pada agama Rasulullah saw. Ya Allah, ampuni daku, sayangi daku, dan bukakan pintu taubat bagiku, sesungguhnya Engkau Maha Menerim taubat dan Maha Penyayang.
Kalau memungkinkan usahakan masuk dari pintu Jibrail yaitu di samping Baqi’. Lalu bacalah: Allah Akbar (100 kali), kemudian lakukan shalat Tahiyyatal Masjid dua rakaat, kemudian maju menuju ke kuburan Rasulullah saw. Lalu membaca doa ziarah kepada Nabi saw dalam keadaan menghadap ke kiblat.
(Kitab Mafâtihul Jinan, bab Adab ziarah)

Doa Saat Memandang Ka’bah

Doa Saat Memandang Ka’bah

Ketika memandang Ka’bah, pandanglah dengan penuh kekaguman terhadap keagungan Allah, sambil membaca doa:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَظَّمَكِ وَشَرَّفَكِ وَكَرَّمَكِ وَجَعَلَكِ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنَا مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِيْنَ
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
Alhamdulillâhil ladzî ‘azhzhamaki wa syar-rafaki wa karramaki, waja’alaki matsâbatan linnâsi wa amnâ, mubarakan wa hudal lil’âlamîn.
Segala puji bagi Allah yang telah mengagungkanmu (ka’bah) dan memuliakanmu, menjadikanmu sebagai tempat perlindungan dan keamanan bagi seluruh manusia, tempat yang penuh berkah dan petunjuk bagi alam semesta.
(Dikutip dari kitab Nubdzah min Asraril Hajj)